Sungguh sedih sekali bila melihat tayangan televisi dan berita yang disajikan setiap hari di media massa. Tak henti-hentinya berita kekerasan mewarnai dalam topik dan tajuk utama. Tak perduli kekerasan yang menimpa kaum bawah, menengah, hingga kekerasan yang terjadi antara wakil rakyat yang tonjok-tonjokan di gedung dewan. Hmmm...
Bebeberapa hari terakhir, kita disuguhkan dengan berita kekerasan dalam dunia sepakbola Indonesia. Bukan sesuatu yang baru dan mengejutkan tentunya bagi kita. Liga Indonesia selalu saja lekat dengan kekerasan.
Di stadion yang sama, Stadion Jatidiri Semarang, terjadi dua kali peristiwa heboh. Dua-duanya bercerita tentang hal yang sama. Pemukulan. Hal menariknya disini adalah dua 'petinju' dilapangan adalah dua posisi yang sama. Pelatih dan Wasit.
Peristiwa pertama terjadi pekan lalu, yaitu pemukulan wasit oleh manajer PSIS terhadap wasit yang dianggapnya tidak adil dalam memimpin pertandingan. Sedangkan, peristiwa kedua adalah pemukulan manajer PSM Makasar yang dilakukan oleh sang wasit itu sendiri. Sang wasit berupaya mengantisipasi dan telah belajar dari kejadian sebelumnya. Sebelum dipukul atau jadi sasaran pemukulan, lebih baik memukul duluan... Haha...
Nah, bagaimana kalau sudah seperti ini. Manajer memukul wasit, kemudian dibalas dengan wasit memukul manajer. Pemain memukul pemain. Suporter saling pukul-memukul. Semua adu jotos. Nah, sepakbola tak ubahnya seperti ajang karate, gulat, yudo, dan tinju.
Hari kemenangan akan segera tiba. Di Indonesia setiap hari Lebaran (Idul Fitri) tiba semua orang mengucapkan selamat dengan bermacam-macam cara. Ada yang dengan pantun serius, pantun plesetan, ungkapan yang sangat puitis, dll. (Ini “pancingan” dari operator selular agar semua orang kirim SMS sehingga traffic SMS meningkat yang ujung-ujungnya pendapatan mereka juga meningkat atau memang murni ucapan dari seseorang kemudian di forward setelah diedit sedikit, biasanya nama dan keluarga. ucapanya sih sama persis). Nah, bagaimana yang dilakukan Nabi? Hampir semua ucapan yang beredar tidak ada riwayatnya kepada Rasulullah kecuali ucapan: Taqabbalallahu minaa wa minka , yang maknanya, “Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda.” Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan. Berkata Al Hafidh Ibnu Hajar[Fathul Bari 2/446] : “Dalam “Al Mahamiliyat” dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata (yang artinya) : Para sah
WES PODO BOSEN URIP KAYAKNYA...........BENJUT BENJUTTTTTTT.........PSIS ya GITUUUU DEHHH........
ReplyDeletegimana ya caranya biar gak terjadi kekerasan seperti itu? atau emang uda menjadi budaya? seperti contohnya holigan yang ada di inggris itu?
ReplyDeleteKETIGAX (pokoknya masuk 5 besar.. he he..).
ReplyDeleteWah, bener2 menyedihkan ya liat tingkah laku para pesepak bola kita ini... kapan mau tertib seh?
Oalah, kesiannya adik kelasmu itu, gak kebayang ortunya sedih kaya apa.. mati kok sia2 seperti itu... ck ck ck..