Skip to main content

PESONA PULAU PENYENGAT - TANJUNGPINANG - KEPULAUAN RIAU


Jumat pagi menjelang siang, terbesit dalam hati ingin rasanya melaksanakan ibadah Sholat Jumat di Masjid Sultan Riau yang ada di Pulau Penyengat. Karena sudah cukup lama tidak berziarah kesana pas kebetulan pula ada kawan baru datang dari jawa jadi aku ajak aja sekalian (ada pepatah bilang kalau orang sudah ke Tanjungpinang tapi belum pernah ke Pulau Penyengat itu disamakan artinya belum pernah ke Tanjungpinang). Melalui posting mazpram kali ini mari kita semua mengenal lebih dekat pesona yang ada di Pulau Penyengat. Siapa tahu buat pembaca semua yang belum pernah berkunjung kesana jadi kepengin berkunjung ke Pulau Penyengat :), oyah jangan lupa juga untuk melihat koleksi foto hasil liputanku di Pulau Penyengat :), selengkapnya Klik FOTO PESONA PENYENGAT

Pulau ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Tak ada suasana gemerlap, atau gemuruh kendaraan roda empat. Jika Anda kerap mengarungi dunia maya (internet), cobalah sekali-kali cari tahu tentang Pulau Penyengat. Pulau yang luasnya tak lebih dari 3,5 kilometer persegi itu akan lebih banyak diceritakan dalam Bahasa Inggris ketimbang Bahasa Indonesia. Padahal, pulau ini masuk dalam wilayah negara kita.

Berada di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Penyengat sejak lama menarik minat para turis asing, utamanya yang tengah melancong di Singapura. Pulau mungil ini memang tak jauh dari Singapura. Dengan kapal feri, Pulau Penyengat bisa dicapai dalam waktu dua jam dari Negeri Singa. Karena itulah, banyak turis asing di Singapura yang menyempatkan diri untuk menyinggahi Pulau Penyengat. Di mata mereka, Pulau Penyengat memiliki pesona tersendiri.

Berbeda dengan Singapura yang gemerlap dan sarat dengan simbol kehidupan modern, Pulau Penyengat menampilkan diri sebagai tempat yang sangat alami dan bersahaja. Semua serba apa adanya. Namun, justru kebersahajaan inilah yang membuat Pulau Penyengat memiliki daya tarik begitu kuat.

Selain bertetangga dengan Singapura, pulau ini juga relatif dekat dengan Pulau Bintan. Untuk sampai di Pulau Bintan dari Pulau Batam dibutuhkan waktu satu sekitar jam dengan kapal feri. Dari Pulau Bintan, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang kapal kecil bermotor (cukup bagi sepuluh penumpang dewasa). Dengan kapal ini, perjalanan menuju Pulau Penyengat ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit.

Lima menit menjelang mendarat di Pulau Penyengat, udara yang begitu segar menerobos hidung. Hamparan rumah penduduk yang berbentuk panggung mulai terlihat. Di belakangnya, menghijau rerimbunan pohon. Melihat semua ini, siapapun ingin segera menjejakkan kaki di pulau itu. Selain suasana alami nan bersahaja, Pulau Penyengat memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang terawat baik. Salah satunya adalah Masjid Pulau Penyengat. Bisa dibilang, inilah landmark Pulau Penyengat.

Apa istimewanya masjid ini? Berbeda dengan bangunan masa kini, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur untuk memperkuat dinding kubah, menara, dan bagian lainnya. Konon, dibutuhkan telur berkapal-kapal untuk mendirikan masjid ini. Sedangkan kuning telurnya dipakai untuk mewarnai dinding dan kubah masjid. Masjid yang berdiri pada 1 Syawal 1249 Hijriah atau pada tahun 1832 Masehi ini didirikan oleh Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman. Masjid ini memiliki 17 buah kubah. Ini sesuai dengan jumlah rakaat shalat wajib dalam satu hari.

Umumnya, penduduk Pulau Penyengat bekerja sebagai nelayan. Mereka merupakan keturunan etnis Melayu dan sehari-hari berbicara dalam Bahasa Melayu atau Melayu Riau. Mereka juga fasih membaca huruf Arab 'gundul'. Bahkan, penunjuk jalan di pulau ini pun menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab 'gundul'.

Di pulau ini, nyaris tak ada kriminalitas. Tata krama pergaulan antara pemuda dan pemudi masih dijaga ketat. Merupakan hal terlarang bagi seorang pemuda jika berada di rumah seorang gadis hingga menjelang Maghrib. Pendek kata, warga pulau ini masih menjunjung tinggi nilai agama dan kesopanan.

Hanya ada becak motor
Jika suatu kali berkesempatan mengunjungi pulau ini, sempatkan untuk mengelilinginya. Dijamin, hal ini tidak akan menguras energi dan kantong Anda. Hanya butuh waktu 30 menit untuk mengelilingi pulau. Maklum, Pulau Penyengat memang tidak besar, bahkan bisa dibilang mungil. Sementara kendaraan yang tersedia adalah becak motor. Untuk satu kali keliling pulau dengan kendaraan yang bisa memuat dua penumpang ini, pengemudi mematok harga Rp 20 ribu. Tidak mahal, bukan?

Jangan sekali-kali membayangkan bisa naik mobil di sini. Sebab, memang tak ada kendaraan bermotor dengan roda lebih dari tiga di pulau ini. Tak heran, jalan-jalan di Pulau Penyengat umumnya sempit: hanya bisa dilewati satu becak motor dan satu sepeda motor.

Azmi, salah seorang pengemudi becak motor, bercerita, tarif becak motor berlaku setara bagi wisatawan asing maupun domestik. Harganya juga resmi. Pada hari-hari ketika banyak wisatawan berkunjung, becak motor yang seluruhnya berjumlah 23 buah, menjadi 'rebutan' wisatawan yang ingin berkeliling pulau. Bahkan, keluarga Sultan Selangor setiap tahun selalu berkunjung ke Pulau Penyengat dan menyewa jasa becak motor untuk menyusuri pulau.

Selain Masjid Pulau Penyengat, ada beberapa tempat lain yang selalu dikunjungi para pelancong yakni makam-makam raja Riau beserta keluarganya. Salah satunya adalah makam Engku Puteri Permaisuri Sultan Mahmud. Makam ini terletak di daerah Dalam Besar. Masih dalam lingkungan makam Engku Puteri yang wafat pada 1812, terdapat pula makam Raja Ahmad, Raja Abdullah, Raja Aisyah Permaisuri, dan Raja Ali Haji. Yang disebut terakhir adalah pahlawan nasional yang kerap disebut sebagai Bapak Bahasa Melayu-Indonesia. Dialah yang mengarang Gurindam Dua Belas. Gurindam yang sarat makna ini diciptakan pada bulan Rajab 1263 Hijriah. Pulau Penyengat dibangun oleh Raja Mahmud, suami Engku Puteri. Sultan Mahmud memberikan Pulau Penyengat sebagai mahar pernikahannya dengan Engku Puteri yang bernama asli Raja Hamidah.

Jangan lewatkan pula untuk melihat-lihat Balai Adat. Gedung dengan arsitektur khas Melayu itu digunakan oleh penduduk setempat sebagai pusat kegiatan. ''Dari rapat hingga menikah,'' kata Azmi. Yang juga sayang untuk dilewatkan adalah bekas istana Raja Haji Ali Marhum Kantor. Ada juga gedung mesiu atau gedung obat bedil. Dulu, masyarakat Pulau Penyengat mempergunakan bangunan ini untuk menyimpan persenjataan. Perlahan, matahari mulai tenggelam. Petualangan di pulau mungil ini pun dengan terpaksa mesti diakhiri. Namun, pesona Pulau Penyengat tetap akan melekat.

Asal Mula Nama 'Penyengat'
Siapa sangka, Pulau Penyengat yang amat bersahaja, dulu (sekitar tahun 1900) merupakan pusat pemerintahan. Selain istana sebagai tempat tinggal raja, pulau ini juga memiliki mahkamah, rumah sakit, dan sarana transportasi yang memadai. Konon, posisi pulau ini menjadi sangat penting ketika berkobar perang Riau pada akhir abad ke-18. Kala itu, Raja Haji Fisabilillah menjadikan Pulau Penyengat sebagai wilayah pertahanan utama.

Lalu, mengapa pulau ini memiliki nama yang lumayan unik: penyengat? Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat setempat, nama pulau ini diambil dari nama hewan lebah atau penyengat. Alkisah, dahulu kala, ada seorang saudagar yang hendak singgah di pulau ini untuk mengambil air. Maklum, pulau ini dikenal sebagai lumbung air tawar. Namun, begitu menginjakkan kaki di pulau ini, ia diserang ribuan lebah yang bersembunyi di pepohonan. Agaknya, dari sinilah nama 'penyengat' itu berasal. Boleh percaya, boleh tidak.

Foto : by Mazpram
Sumber artikel : Republika Online 7 Januari 2007

Comments

  1. mampir nih bang..dulu saya juga pernah mrantau sejenak di kepri tp di kecamatan siantan, tepatnya di pulau matak dan terempa. membaca ttg pulau penyengat menghadirkan rasa rindu pada keramahan orang mlayu pulau, kemolekan gadis melayu dan kesoy badan bila abis mancing. kalo sempat berkunjunglah juga k blog aku di www.midhan24.wordpress. trims ya.

    ReplyDelete
  2. numpang baca baca pak
    salam kenal dari saya

    ReplyDelete
  3. Juni 2010, saya mampir ke pulau penyengat... dan memang edun pemandangannya, sejarahnya, bangunan peninggalannya, masjidnya... dsb.. top markotop...:-)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ucapan Idul Fitri Yang Benar (Sesuai Rasulullah SAW)

Hari kemenangan akan segera tiba. Di Indonesia setiap hari Lebaran (Idul Fitri) tiba semua orang mengucapkan selamat dengan bermacam-macam cara. Ada yang dengan pantun serius, pantun plesetan, ungkapan yang sangat puitis, dll. (Ini “pancingan” dari operator selular agar semua orang kirim SMS sehingga traffic SMS meningkat yang ujung-ujungnya pendapatan mereka juga meningkat atau memang murni ucapan dari seseorang kemudian di forward setelah diedit sedikit, biasanya nama dan keluarga. ucapanya sih sama persis). Nah, bagaimana yang dilakukan Nabi? Hampir semua ucapan yang beredar tidak ada riwayatnya kepada Rasulullah kecuali ucapan: Taqabbalallahu minaa wa minka , yang maknanya, “Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda.” Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan. Berkata Al Hafidh Ibnu Hajar[Fathul Bari 2/446] : “Dalam “Al Mahamiliyat” dengan isnad yang hasan dari Jubair bin Nufair, ia berkata (yang artinya) : Para sah

INSIDE KA'BAH DAN DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW..

Inside Ka'bah Saudaraku seiman, gambar ini (bagian dalam Baitullah) adalah hadiah istimewa bagi kita semua (terutama bagi yang belum pernah masuk atau belum pernah melihat/memiliki gambar seperti ini). Silahkan

WASPADA BAHAYA KEBAKARAN HUTAN !!!

Kebakaran hutan seolah-olah menjadi tradisi. Bagian dari tradisi kegiatan yang mengakibatkan kerusakan hutan. Gimana enggak coba? Hampir setiap tahun sejak abad ke-21 kebakaran hutan selalu terjadi. Baru-baru ini di negara kita, tepatnya di wilayah Tanjungpinang – Kepulauan Riau, beberapa lokasi hutannya kebakaran bro. Sungguh mengerikan. Sampai kapan ya, hutan di dunia ini terhenti dari kebakaran ?? . Untuk kasus kebakaran yang terjadi khususnya di wilayah Tanjungpinang, mengawali Tahun 2010 dalam 1 bulan ini saya hitung sudah sekitar 14 kali terjadi kebakaran di beberapa titik yang sebagian besar adalah lahan / hutan….waduh..cape dehhhhh. Pada musim kering seperti saat ini, risiko kebakaran di kawasan hutan cukup tinggi, mengingat kondisi hutan yang kering mudah terbakar. Panas menyengat yang terjadi dalam 1 bulan terakhir menimbulkan hot spot (titik panas) pada sejumlah wilayah khususnya di Tanjungpinang, dan tentu saja rawan kebakaran hutan. Perlu diingat bahwa dampak terjadinya ke